Rabu, 07 Desember 2011

DEMI MASA



Minggu, 09 Agustus 2009

WANITA PENGHUNI NERAKA
















إِنَّ الْفُسَّاقَ هُمْ أَهْلُ النَّارِ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنِ الْفُسَّاقُ؟ قَالَ: النِّسَاءُ قَالَ: رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ، أَوَلَسْنَ أُمَّهَاتِنَا، وَأَخَوَاتِنَا، وَأَزْوَاجَنَا؟ قَالَ: بَلَى،     وَلَكِنَّهُمْ إِذَا أُعْطِينَ لَمْ يَشْكُرْنَ، وَإِذَا ابْتُلِينَ لَمْ يَصْبِرْن
  

“Sesungguhnya orang-orang fasik adalah penduduk neraka.” Dikatakan, “Ya Rasulullah, siapakah mereka?” Rasul bersabda, “Para wanita.” Seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah mereka itu ibu-ibu, saudari-saudari dan istri-istri kita?” Rasul menjawab, “Benar, tetapi mereka itu, jika diberi, tidak bersyukur; jika diuji, tidak bersabar

(HR Ahmad dan al-Hakim).



Imam Ahmad meriwayatkan hadis di atas dalam Al-Musnad dari Ismail bin Ibrahim dan Waki’. Imam al-Hakim meriwayatkannya dalam Al-Mustadrak dari Ibrahim bin ‘Ashmah al-Adl, dari as-Sari bin Khuzaimah, dari Muslim bin Ibrahim. Ketiganya (Ismail bin Ibrahim, Waki’ dan Muslim bin Ibrahim) menuturkannya dari Hisyam ad-Dastuwa’l, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Rasyid al-Habrani, dari Abdurrahman bin Syiblin.

Al-Hakim mengomentari jalur ini: Ini adalah hadis sahih menurut syarat syaikhayn (Al-Bukhari dan Muslim), tetapi tidak dikeluarkan oleh keduanya. Hal ini disepakati oleh adz-Dzahabi di dalam At-Talkhish.

Syu’aib al-Arnauth mengomentari jalur Imam Ahmad ini: Ini hadis sahih, para perawinya perawisyaikhayn kecuali Abu Rasyid al-Habrani. Imam at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah, al-Bukhari di dalamAdab al-Mufrad dan sejumlah orang meriwayatkan darinya.

Imam Ahmad juga meriwayatkannya dari Afan, dari Aban dan Musa bin Khalaf. Imam al-Hakim meriwayatkannya dari Abu Abdillah Muhammad bin Ali ash-Shan’ani, dari Ishaq bin Ibrahim, dari Abdurrazaq, dari Ma’mar. Ketiganya (Aban, Musa bin Khalaf dan Ma’mar) menuturkannya dari Yahya bin Abi Katsir, dari Zaid bin Salam, dari Abu Salam, dari Abdurrahman bin Syiblin.

Imam al-Hakim berkomentar, “Ini adalah hadis sahih menurut syarat Muslim, tetapi al-Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya.” Hal ini disepakati oleh adz-Dzahabi.

Makna Hadis



Hadis ini menyebutkan wanita penghuni neraka di antaranya adalah yang memiliki dua sifat tercela: tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya; jika diuji dengan suatu ujian, ia tidak bersabar. Hadis ini juga diperkuat oleh sabda Rasul yang lain. Abdullah bin Amru meriwayatkan bahwa Rasul pernah bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِىَ لاَ تَسْتَغْنِى عَنْهُ

Allah tidak akan memandang seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya dan tidak (berusaha) mencukupkan diri dari (pemberian) suaminya

(HR an-Nasai, al-Hakim, ath-Thabrani dan al-Bazzar).



Syaikh Muhammad bin Ishaq al-Kalabadzi di dalam kitab Bahr al-Fawâ’id/Ma’âni al-Akhyâr menjelaskan, “Siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) terhadap pemberian, ia tidak akan bisa bersabar saat mendapat ujian.” Syukur bisa timbul jika ada rasa qana’ah (merasa cukup) atas pemberian meski sedikit jumlahnya; juga menghargai pemberian meski tidak seberapa harganya, karena di dalamnya terkandung nilai maknawi yang besar, yaitu ketaatan suami atas kewajiban nafkah dan rasa cintanya kepada istri dan keluarganya.”

Berikut sekelumit teladan dari Umahatul Mukminin dan penghulu wanita surga Fathimah binti Rasulullah saw.

Ummul Mukminin Aisyah ra. menceritakan, “Pernah datang kepada kami satu bulan penuh saat kami tidak pernah menyalakan api (tidak pernah memasak), (makanan kami) tidak lain adalah kurma kering dan air, kecuali kami dibawakan daging.” (HR al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi).

Beliau juga bercerita, “Tidaklah keluarga Muhammad makan dua kali dalam sehari kecuali salah satunya adalah kurma kering.”

Nabi saw. pernah bersabda, “Belum pernah lewat satu sore dimana keluarga Muhammad memiliki satu sha’ kurma kering atau satu sha’ biji-bijian.”

(HR al-Bukhari, at-Tirmidzi dan an-Nasai).



Begitulah makanan yang dinikmati ibunda kita, para istri Rasul saw. Namun, mereka adalah para wanita yang senantiasa dipenuhi rasa syukur, rasa berterima kasih dan kesabaran serta jauh dari keluh-kesah.

Dalam hal pakaian, Rasul saw. pernah berpesan kepada Bunda Aisyah ra., “Jika engkau senang bersamaku (di surga) maka cukuplah bagimu bagian dari dunia seperti bekal seorang pengendara unta (orang bepergian), jauhilah bergaul erat dengan orang kaya (khawatir dirasuki sifat tamak), dan jangan engkau meminta ganti pakaianmu hingga engkau menambalnya.”

(HR at-Tirmidzi dan al-Hakim).



Urwah menceritakan bahwa Aisyah ra. tidak mengganti pakaiannya dengan yang baru hingga ia menambal pakaiannya. Namun, ketakwaan, kedermawanan, kesalihan dan keilmuannya menjadikannya selalu jelita di mata Allah, Rasul saw. dan seluruh manusia.

Imam Ali kw. pernah bercerita kepada Ibn A’buda tentang Fathimah, anggota keluarga yang paling Rasul cintai:

Ia memutar penggilingan hingga berbekas tangannya, memanggul timba hingga membekas di pundaknya, dan membersihkan rumah hingga pakaiannya penuh debu. Lalu datang pembantu kepada Rasul saw. Kemudian aku berkata, “Seandainya engkau datang kepada ayahmu dan meminta seorang pembantu.”

Lalu ia mendatangi Rasul, tetapi banyak orang bersama beliau. Ia datang lagi besoknya. Rasul bertanya, “Apa keperluanmu?”

Fathimah diam saja. Lalu Ali kw. berkata, “Aku ceritakan kepadamu, ya Rasulullah. Ia memutar penggilingan hingga berbekas tangannya, memanggul timba hingga berbekas pundaknya. Lalu ketika datang pembantu kepadamu, aku menyuruhnya mendatangimu agar meminta pembantu yang bisa menghilangkan kesusahannya itu.”

Rasul bersabda, “Bertakwalah kepada Allah, Fathimah, tunaikan kewajiban Tuhanmu dan kerjakan pekerjaan (mengurus) keluargamu. Jika engkau menghampiri peraduanmu, bertasbihlah 33 kali, bacalah hamdalah 33 kali, lalu takbir 34 kali, dan itu genap 100 kali. Itu lebih baik bagimu daripada seorang pembantu.”

Fathimah pun berkata, “Aku ridha dengan pemberian dari Allah dan Rasulnya.”

(HR Abu Dawud).



WaLlâh al-Muwaffiq ilâ aqwâm ath-tharîq.

[Yahya Abdurrahman]

Sabtu, 18 Juli 2009

BILA AL QUR'AN BERBICARA



















Siska Munir Widodo




"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."
(QS Al A'raaf 7 : 36).


Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku. Dengan wudhu' aku kau sentuh, dalam keadaan suci aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari. Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari.
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra.

Sekarang engkau telah dewasa... Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku... Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah... Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu. Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa di mana menyimpannya.
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu. Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa. Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan. Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian. Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman. Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau..... Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca koran pagi atau nonton berita TV. Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia.
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah).
Di perjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi.
Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat padaku di laci mobilmu.
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu.
Aku tahu kalau itu bukan stasiun radio yang senantiasa melantunkan ayatku.

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja.
Di komputermu pun kau putar musik favoritmu.
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun.
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan.
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu.
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku.

Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV.
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau film dan sinetron laga.
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, tv, radio, komputer, dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu
Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai

Jangan biarkan aku sendiri....
Dalam bisu dan sepi....

Rabu, 24 Juni 2009

KETIKA ALLAH BERKATA TIDAK




Siska Munir Widodo




* Ya Allah, ambillah kesombonganku dariku. Allah berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya."

* Ya Allah, sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat. Allah berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."

* Ya Allah, beri aku kesabaran. Allah berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."

* Ya Allah, beri aku kebahagiaan. Allah berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri untuk menghargai keberkahan itu."

* Ya Allah, jauhkan aku dari kesusahan. Allah berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

* Ya Allah, beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat Allah berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

* Ya Allah, bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku. Allah berkata...
"Akhirnya kau mengerti !"

Kadang kala kita berpikir bahwa Allah tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa, meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya. Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali -- orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya - tanpa susah payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan. Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhanlah yang terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Allah) dan merengek agar dibelikan es. Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Allah, segala yang kita minta Allah tahu apa yang paling baik bagi kita. Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Allah mengabulkannya. Karena Allah tahu yang terbaik yang kita tidak tahu.

Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

Minggu, 24 Mei 2009

AZAB TIDAK MENUTUP AURAT



















Renungan khususnya untuk para kaum hawa.....



Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis.

Beliau menjawab,

"Pada malam aku diisra'kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya."

Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

"Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.

"Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking."

"Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.

"Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

"Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malaikat memukulnya dengan pentung dari api neraka." kata Nabi s.a.w.


Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?

Rasulullah S.A.W menjawab,

"Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang digantung susunya adalah isteri yang 'mengotori' tempat tidurnya.

*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.

*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya juga bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.

*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa solat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.

*Perempuan yang kepalanya seperti **** dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta.

Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami
."

Mendengar hal itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis.


Semoga bisa menjadi bahan renungan dan muhasabah buat diri kita..

Wahai saudariku sesama muslimah, tidakkah hati tergugah membaca hadist ini ??

Senin, 18 Mei 2009

SEPULUH SAHABAT YANG DIJAMIN MASUK SURGA





Dakwatuna

- “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”

(Qs At-Taubah : 100)



Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (
Asratul Kiraam).



1. Abu Bakar Siddiq ra.



Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran

(Surah At-Taubah ayat ke-40)

sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.


2. Umar Bin Khatab ra.


Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.


3. Usman Bin Affan ra.


Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.


4. Ali Bin Abi Thalib ra.


Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.


5. Thalhah Bin Abdullah ra.


Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.


6. Zubair Bin Awaam


Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.


7. Sa’ad bin Abi Waqqas


Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.


8. Sa’id Bin Zaid


Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.



9. Abdurrahman Bin Auf


Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.


10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah


Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

SHALAT BERJAMAAH

















Rasulullah saw. bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abdullah bin Umar ra., “Shalat berjamaah itu lebih baik dua puluh tujuh kali dibandingkan dengan shalat sendirian. 
(HR al-Bukhari, Muslim at-Tirmidzi dan an-Nasa’i).


Rasul saw. juga pernah bersabda, “…Tiadalah seseorang berwudhu dengan sempurna, lalu pergi ke salah satu masjid (untuk shalat berjamaah), melainkan bagi setiap ayunan langkahnya Allah Swt. mencatat satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu keburukan…Sungguh tidak ada seorang pun yang menunda-nunda shalat (dengan shalat di rumah) kecuali orang yang benar-benar munafik…

(HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibn Majah).


Dalam hadis lain, Rasulullah saw. juga bersabda, “Seseorang yang senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama empat puluh hari tanpa tertinggal takbir yang pertama (bersama imam) akan mendapatkan dua jaminan: diselamatkan dari azab neraka dan dibebaskan dari sifat-sifat munafik.

(HR at-Tirmidzi).


Banyak hadis yang menjelaskan tentang keutamaan shalat berjamaah di masjid bagi seorang Muslim. Namun demikian, tiga hadis ini saja cukup untuk menggambarkan betapa istimewanya shalat berjamaah di masjid. Tidak aneh jika Rasulullah saw. sendiri, juga para Sahabat dan generasi shalafush-shalih senantiasa sungguh-sungguh menjaga shalat berjamaah, persis sebagaimana mereka menjaga ibadah-ibadah sunnah yang lain seperti membaca al-Quran, shaum sunnah, bersedekah dll.

Baginda Rasul saw., misalnya, tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Bahkan ketika hampir wafat, dan sebelumnya beberapa kali pingsan, beliau tetap berupaya pergi ke masjid. Itu pun setelah beliau beberapa kali mencoba mengambil air wudhu dan gagal. Saat beliau berhasil berwudhu, beliau segera memaksakan diri pergi ke masjid, dengan dipapah oleh Abbas ra. dan salah seorang Sahabat yang lain. Saat itu beliau sudah tidak kuat berdiri tegak untuk shalat. Atas permintaan beliau, Abu Bakar ra. kemudian menjadi imamnya. 
(HR al-Bukhari dan Muslim).


*****

Pembaca yang budiman, seorang Muslim, apalagi pengemban dakwah, sudah seharusnya sangat tertarik dengan keistimewaan dan keutamaan shalat berjamaah ini. Bahkan seandainya kita selalu mengejar pahala dalam beribadah, tentu ibadah salat berjamaah tidak mungkin kita tinggalkan, kecuali jika ada uzur. Mengapa? Sebab, sering demi keuntungan duniawi saja, kita begitu sungguh-sungguh meraihnya, maka begitu pula seharusnya saat kita mendambakan ’keuntungan’ di akhirat berupa pahala dan dijauhkannya kita dari azab neraka. Bahkan kesungguhan dalam meraih keuntungan akhirat seharusnya lebih besar lagi. Sebabnya, keuntungan akhirat adalah abadi dan tak ternilai, sementara keuntungan duniawi, betapapun besarnya, pasti terukur dan tidak kekal. Itulah yang dipahami oleh Rasulullah saw., para Sahabat dan generasi shalafush-shalih setelah mereka.

Ada sebuah kisah yang menakjubkan, selain kisah Rasul saw. yang mengharukan di atas. Seorang ulama salih terkenal, Muhammad bin Samma’ah, salah seorang murid Imam Abu Yusuf, adalah di antara generasi salaf yang begitu menjaga shalat berjamaah. Bahkan dalam usia yang amat lanjut menjelang wafatnya (beliau wafat dalam usia 103 tahun), beliau masih sanggup menunaikan shalat sunnah puluhan rakaat setiap hari. Beliau pernah berkata, “Selama 40 tahun saya tidak pernah ketinggalan takbir yang pertama bersama imam dalam shalat berjamaah. Hanya sekali saya ketinggalan mengikuti takbir yang pertama, yaitu saat ibu saya wafat, karena saya sibuk mengurus jenazah beliau.” (Al-Kandahlawi, Fadhâ’il al-A’mâl, hlm. 47)

Beliau adalah salah satu generasi salaf yang begitu memahami, bahwa ketika seseorang ketinggalan shalat berjamaah, hingga terpaksa harus shalat sendirian, maka keutamaan shalat berjamaah tak akan pernah bisa tergantikan meski dengan mengulangi shalat sendirian itu sebanyak 27 kali. Pasalnya, di dalam shalat berjamaah, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, para malaikat ikut meng-’amin’-kan setiap kali surah al-Fatihah selesai dibaca, juga saat doa dipanjatkan setelah usai shalat. Doa para malaikat tentu akan dikabulkan oleh Allah Swt. Salah satunya, adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Itulah di antara keberkahan yang hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang senantiasa menunaikan shalat berjamaah.

*****

Shalat berjamaah memang sunnah, namun termasuk sunnah yang sangat utama. Karena itu, meski sunnah, Nabi saw. sangat keras menganjurkannya, sekaligus mencela mereka yang tidak mau menunaikannya. Rasulullah saw., misalnya, bersabda, “Siapa saja yag mendengar seruan azan (di masjid), tetapi tidak memenuhinya tanpa suatu uzur pun, maka shalat yang dikerjakannya (di rumah) tidak akan diterima.” Para Sahabat bertanya, “Apa uzurnya?” Jawab beliau, “Ketakutan dan sakit. 
(HR Abu Dawud dan Ibn Hibban).


Nabi saw. juga bersabda, “Kebatilan di atas kebatilan, kekufuran di atas kekufuran, yaitu orang yang mendengar panggilan muazin untuk mendirikan shalat, namun ia tidak memenuhinya. 
(HR Ahmad dan Ath-Thabrani).


Nabi saw. pun, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra., bahkan pernah bersabda, “Sungguh saya ingin memerintahkan para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar yang banyak, kemudian akan saya datangi orang-orang yang shalat di rumahnya tanpa uzur, dan akan saya bakar rumah-rumah mereka.
(HR Muslim, Abu Dawud, Ibn Majah dan at-Tirmidzi).


Dengan beberapa hadis yang bernada ’keras’ di atas, wajarlah jika sebagian Sahabat dan generasi salaf memandang shalat berjamaah di masjid wajib bagi mereka yang kebetulan tinggal di rumahnya, dan meninggalkannya adalah haram. Imam Hanafi, misalnya, berpendapat bahwa orang yang shalat sendirian di rumah, dan tidak berjamaah di masjid, maka meski shalatnya sah, ia tetap berdosa.

Walhasil, marilah kita senantiasa berusaha sungguh-sungguh menunaikan shalat berjamaah, di tengah kesibukan dan kelelahan kita menunaikan setiap amanah dan tugas dakwah.

Wa mâ tawfîqî illâ billâh.

[Arief B. Iskandar]